Melorot 30 Persen, Laba Bersih Danamon Kuartal III "Hanya" Rp 2,1 Triliun

LATAR BELAKANG
Kuartal ketiga tahun ini adalah masa menantang bagi perekonomian Indonesia. Dengan turunnya harga komoditas dan lemahnya kinerja ekspor yang membatasi ruang untuk ekspansi bisnis. Hal ini berdampak pada turunnya permintaan kredit, sehingga industri perbankan mencetak pertumbuhan yang konservatif pada kuartal kertiga tahun ini.

POKOK PERMASALAHAN
Menurunnya laba dan bunga bersih setelah pajak PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Yang hanya meraup laba bersih sebesar Rp 2,106 Triliun pada kuartal ketiga 2014 ini. Jumlah ini turun 30 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 3,006 Triliun. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest income) mencapai Rp 10,2 Triliun dan kontribusi  penurunan laba tersebut lebih dari setengahnya karena ada perubahan pencatatan komisi asuransi.
Peraturan baru OJK, khususnya Surat Edaran No. SE-06/D.05/2013 tentang Asuransi Kendaraan, yang berlaku tahun ini, ikut mempengaruhi penurunan laba Bank Danamon, yakni dengan penurunan laba lebih dari setengahnya karena ada kontribusi perubahan pencatatan komisi asuransi.
Sebelumnya komisi asuransi, pada saat di terimanya komisi langsung diakui sebagai laba. Sekarang komisi ini pengakuannya kredit sejalan dengan jangka waktu asuransinya. Jika tiga tahun, diakui tiga tahun. Jiks dua tahun, dua tahun. Jadi, setiap bulan pengakuannya. Berbeda dengan sebelumnya diakui sekaligus di depan. Itu perbedaan yang sangat signifikan.
Pada kuartal ketiga 2014 jumlah kredit yang diberikan mencapai Rp 138,681 triliun atau hanya bertumbuh 7 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 129,065 triliun. Jumlah ini pun lebih kecil dari pendanaan yang tumbuh sampai 10 persen.
Untuk sisi pendanaan, keseluruhan tumbuh 10 persen. Jauh di atas pertumbuhan kredit. Ini tren yang positif. Sebelumnya pertumbuhan kredit dan pendanaan selalu lebih cepat kredit. Tapi pada tahun ini kredit hanya 7 persen dan pendanaan hanya berkisar 10 persen saja.
Pertumbuhan kredit Danamon hingga kuartal III 2014 disertai dengan kualitas aset yang terjaga. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada pada posisi 2,4 persen pada akhir September 2014 dibandingkan dengan 2,2 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit ditopang dari kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) naik sebesar 11 persen menjadi Rp 22,5 Triliun. Namun, kredit usaha mikro Danamon melalui Danamon Simpan Pinjam stagnan pada Rp 19,7 Triliun pada kuartal III 2014. Kredit bank Danamon didukung dari kredit komersial naik 15 persen menjadi Rp 17 Triliun.
Secara total, kredit Danamon untuk segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) berkontribusi sebesar 30 persen dari seluruh kredit Danamon.
Kompetisi semakin ketat dalam segmen mass market terutama dalam segmen kredit mikro menghasilkan lingkungan operasional yang menantang. Untuk memaksimalkannya, Bank Danamon telah melakukan beberapa inisiatif termasuk pengkajian model operasional unit kredit mikro.
Sementara itu, Bank Danamon membukukan pertumbuhan pada giro dan tabungan sebesar 6 persen dibandingkan sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp 50 triliun. Total pendanaan Danamon yang mencakup CASA, deposito, dan dana jangka panjang tumbuh sebesar 10 persen dibandingkan sembilan bulan pertama 2013 menjadi Rp 144 triliun.

KESIMPULAN
Kondisi perekonomian seperti turunnya harga komoditas dan lemahnya kinerja ekspor sangat membatasi ruang untuk ekspansi bisnis tidak terkecuali dengan kegiatan pemasran. Hal ini berdampak pada turunnya permintaan kredit PT Bank Danamon Indonesia Tbk, sehingga industri perbankan mencetak pertumbuhan yang konservatif pada kuartal kertiga tahun ini.

Comments